Foto : Taufiq Hasan |
Siapa lagi yang meninggal? Oh Ternyata tetangga, saudara, teman ada juga guru
Tanpa kusadari tiba2 kutulis "Amin" dikolom komentar.
Semangat melihat pun menurun ketika muncul kosa kata itu. Semangat mendengar pun melemah ketika meresapi arti tulisan itu....
Melihat kanan kiri meletakkan tangan didada, disini sakit disana berbaring, terkadang menjumlah siapa saja di mana, kapan, dan bagaimana
jiwa demi jiwa yang pergi.
Begitu dahsyatnya wabah ini, ya dahsyat! Mengiringi Isak tangis keluarga ditiap sudut desa, ratusan air mata tanpa kata membisu terdiam penuh tanya?? lalu inikah ayat-ayat tentang virus yang tak berhenti menebar petaka dan duka.
Oh alam maya. Medsoskah? Ya,, entahlah, apa itu FB, wa, IG dan seterusnya.
Perselisihan pendapat selalu datang disaat yg tepat, menertawakan sepatah kata perdebatan sang teman
Tentang PPKM vs nafkah
Tentang minimnya pengetahuan vaksin.
Tentang kehebohan refocusing anggaran
Tentang mereka yang melawan protokol kesehatan
Tentang mereka yang sinis terhadap masker
Tentang mereka yang tak peduli kerumunan..
Ya begitulah.....
Tapi itu hak mereka, hak yg menguasai pikiran negative yang tak lain adalah awamnya pengetahuan ttg itu semua.
Tempat Pemakaman umum selalu datang tamu baru, puluhan nyawa tak sempat pamit pergi, hari demi hari jiwa-jiwa itu seakan berebut waktu dan berkata "mati" kita bersama
seperti inikah alam yang kau bayangkan?
sepanjang inikah hari demi hari kau pikirkan?
sedahsyat inikah wabah yang kau kalkulasi?
Tentu! Wabah politisasi itu tidak ada.
Wahai KAMU... dengan cara apa memberi jaminan kami masih punya tempat
berlindung?
Yakinlah!
Obat ampuh andalan terakhir adalah AL-QUR'AN.
1. Bisa dibaca
2. Bisa dipegang
3. Bisa didengarkan
Tetap Semangat
Jaga keluarga
Wonokoyo, 16 Juli 2021