Penulis adalah Mahasiswa Unuja Fakultas Agama Islam, Jurusan Ekonomi Syari'ah |
Situbondo, himmahKPI.com Hasrat pada umumnya selalu membuat manusia lupa pada dirinya. Femomena ini, selalu membuat manusia lupa terhadap dirinya dan lingkungannya, sebab selalu di penuhi dengan penuh serba kekurangan yang dimiliki. Oleh sebab itu, apapun yang nikmat pasti melibatkan pemenuhan hasrat. Seperti sex dan kekuasaan.
Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Oce Madril menyebut penyalahgunaan kewenangan itu sebagai jual beli kekuasaan. Oce, berdasarkan penelitiannya menyebut jual beli kekuasaan jadi modus yang paling banyak digunakan oleh anggota dewan yang melakukan praktik korupsi. Dalam jual beli kekuasaan, anggota DPR meminta uang sebagai timbal balik penggunaan kewenangan yang mereka miliki. (Lihat Martahan Sohuturon, CNN Indonesia | Senin, 30/09/2019 07:54 WIB(Setya Novanto dan Jual Beli Kuasa di Gedung DPR)).
Penjara menjadi jawaban terakhir ketika memenuhi hasrat itu sendiri. Sebab kenapa? kerena mengikuti keinginan yang tanpa melihat bagaimana akibatnya. Seperti kasus kekerasan seksual. Hal ini membuat dirinya terjebloskan ke dalam penjara.
Sebagimana kita ketahui, hasrat selalu memeberikan manusia dengan penuh kenikmatan, maka dari itu agama memberikan rambu-rambu terhadapnya yakni mengekang hasrat. Maka dari sebab itu perlu kita ketahui hasrat diri sendiri, agar supaya tidak tenggelam di dalamnya.
Thomas Hobbes pernah menulis, bahwa hasrat adalah “dorongan aktif di dalam diri manusia yang jika dipenuhi justru akan memusnahkan dirinya sendiri”. Artinya ada semacam pertentangan di dalam manusia. Yakni semakin di kejar untuk mendapatkannya, semakin itu pula, kita tidak lagi menginginkannya. Dengan demikian hasrat itu sifatnya sangat sementara. Semakin kita memenuhinya saat itu pula kita merasa hampa.
Maka, jadikannlah agama sebagai penyeimbang dan kontrol dalam mengekang hasrat.
Sukran Ma'mun
Tags:
Opini